PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN
Disusun oleh:
NANI KUSMIATI 201010070311053
LUBERTI INDRI S 201010070311058
REZA
SYAIFULLAH 201010070311080
HENDY DESNIKO 201010070311082
KELOMPOK I
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekologi
sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup dan hubungan diantara
keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan
keberadaan ilmu ekologi. Dimulai dari pengabsorsian tumbuhan (biotik) dari
dalam tanah (abiotik) hingga berubah menjadi substansi energi, diikuti dengan
perpindahan yang terjadi hingga kembali lagi ke tanah.
Peristiwa-peristiwa
alam dan hubungan-hubungan inilah yang ada didalam kajian ilmu ekologi. Namun,
ekologi tidak dapat berdiri tanpa bantuan dari ilmu-ilmu lainnya seperti
biologi, biofisika, biokimia, seperti ilmu tanah, geologi, geomorfologi,
klimatologi ilmu lingkungan, dsb. Kontribusi ilmu-ilmu lain sangat berperan
dalam memahami konsep-konsep ekologi karena dengan mempelajarinya, seseorang
akan lebih mengerti kedudukan ilmu ekologi itu sendiri.
Jika
kita telusuri, pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul
OPUSRURALIUM COMMODORUM oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang
masalah-masalah lingkungan pertanian. Terbitnya buku tersebut membuka sejarah
baru di bidang pertanian, terutama yang bersangkutan dengan masalah lingkungan
tanaman, hingga menjelma menjadi ilmu lingkungan tanaman yang lazim disebut
dengan ekologi tanaman (Hardi, 2009).
Di Indonesia konsep ekologi sudah banyak
diterapkan, baik dalam pelestarian sumberdaya alam, perlindungan plasma nutfah,
perlindungan ekosistem mangrove hingga
pengendalian dalam jumlah populasi manusia yakni dengan program keluarga
berencana. Melihat segala potensi yang dapat diraih dengan mendalami ilmu
ekologi khususnya ekologi tumbuhan menandakan begitu pentingnya konsep dasar
ekologi untuk disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, konsep dasar ilmu ekologi dan
penerapannya sangat penting itu untuk dipelajari. Dengan mengaplikasikannya ke
dunia nyata, hal-hal seperti global warming, pembalakan liar yang terjadi di
negara ini pun dapat teratasi jika ada reaksi positif dari masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah konsep dan tujuan mempelajari ekologi tumbuhan?
1.2.2
Bagaimanakah sejarah dan
perkembangan ekologi tumbuhan?
1.2.3
Bagaimanakah pendekatan
ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi?
1.2.4
Apakah manfaat dan
aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan, wilayah perkotaan,perairan
1.3
Tujuan
1.3.1
Menjelaskan
pengertian dan tujuan
mempelajari ekologi tumbuhan
1.3.2
Menjelaskan sejarah
dan perkembangan ekologi tumbuhan
1.3.3
Menjelaskan
pendekatan ekologi tumbuhan secara autekologi dan sinekologi
1.3.4
Menjelaskan manfaat
dan aspek terapan ekologi di bidang pertanian, kehutanan, wilayah perkotaan, perairan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Ekologi Tumbuhan
2.1.1 Konsep Ekologi
Menurut Ernest Haeckel (1869). Ekologi berasal dari
bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu). Secara harfiah ekologi
berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Berikut ini ada beberapa
definisi mengenai konsep ekologi diantaranya :
§
Ilmu tentang makhluk hidup
dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
§
Ilmu pengetahuan tentang
hubungan antara organisme dan lingkungan.
§
Ilmu yang mencoba mempelajari
hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia denganlingkungan dimana mereka
hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada di situ.
§
Secara harfiah, ekologi adalah
pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap
lingkungannya.
§
Menurut Odum dan Cox (1971),
ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau
alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan keadaan sistem
tersebut. Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama
ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
o
Pada dasarnya, ekologi adalah
ilmu dasar yang tidak mempraktekkan sesuatunya tempat mempertanyakan dan
menyelidik, berkaitan dengan berbagaiilmu pengetahuan yang relevan dengan
kehidupan (peradaban) manusia.
o
Seorang yang belajar ekologi
sebenarnya bertanya tentang berbagai hal, sbb. :
§
Bagaimana alam bekerja
§
Bagaimana suatu species
beradaptasi dalam habitatnya
§
Apa yang mereka perlukan dari
habitatnya itu untuk dapatdimanfaatkan guna kelangsungan hidupnya
§
Bagaimana mereka mencukupi
kebutuhannya akan unsur hara(materi) dan energi
§
Bagaimana mereka berinteraksi
dengan spesies lainnya
§
Bagaimana individu-individu
dalam spesies itu diatur dan berfungsi sebagai populasi
·
Ekologi merupakan disiplin
ilmu baru dari biologi yang merupakan matarantai fisik dan proses biologi serta
bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial (Odum, 1983).
2.1.2 Konsep Ekologi Tumbuhan
Ekologi
tumbuhan
mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tumbuhan
sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu.Ekologi
tumbuhan
yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang
terdapat antara tumbuhan dengan lingkungannya serta antara
kelompok-kelompok tumbuhan.
Dalam
hal ini penting disadari bahwa tumbuhan tidak terdapat sebagai
individu atau kelompok individu yang terisolasi. Semua tumbuhan
berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tumbuhan lain
dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya.Dalam proses interaksi ini, tumbuhan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu
pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidupnya.
Ciri khas ekologi tumbuhan (plant ecology), adalah tumbuhan
dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik (Tambunan,tanpa tahun).
2.1.3 Tujuan Mempelajari Ekologi Tumbuhan
Pelajaran
mengenai lingkungan hidup organisme sudah dipelajari sebelum kata
ekologi itu sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman
dahulu telah berupaya untuk memelihara lingkungan, yang terbukti dari beberapa
mitos yang muncul seperti ”jangan menebang pohon yang rindang karena ada
penghuninya”. Ini adalah salah satu upaya mereka untuk memelihara ketersediaan
air. Mitos-mitos mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif cukup banyak,
karena masing-masing suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini
memperlihatkan bahwa manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh
yang mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya. Pengetahuan Ekologi berkembang
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
Sesuai
dengan firman Allah swt, dalam Qs. Al-Kahfi : 45
Tujuan
mempelajari
ekologi tanaman adalah agar kita mengetahui teknik dan cara yang tepat
untuk memanfaatkan apa yang ada di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Karena
sesungguhnya Allah telah memberi peluang kepada kita melalui hasil ciptaannya.
Namun, tentunya kita juga perlu menjaga lingkungan (hasil ciptaannya) sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.
2.2 Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
2.2.1 Sejarah Ekologi
Tumbuhan
Sesungguhnya
sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila
ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan
Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin
“oekologie” yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya
atau di tempat hidupnya.
Menurut
Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam,
suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut
C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau
perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha
(1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan
kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1983)
menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi
alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan
organisme (Marlina,2010).Sekarang definisi ekologi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan
biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup
merespon pengaruh tersebut. Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik
menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup.
Kajian
ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori
oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya.
Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari
komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916),
dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas
tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di
Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara
tumbuhan dan hewan.Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika
populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis
dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara
eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan
konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah
laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960)
secara mendalam di Inggris.Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan
Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian
evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik
terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi
(Anonymous,2010)
2.2.2 Perkembangan Ekologi
Tumbuhan
Ahli-ahli
ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang mendukung dan berperanan
dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke
arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti
perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan
hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk
mengetahui hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali
penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk
mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya
dan dengan lingkungannya.
Secara
lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan
seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada
tempat yang cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan
dapat bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan,
seperti api, banjir, kemarau panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat
menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu,
sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka?. Dengan mengembangkan
pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa digali dari
hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang
tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan
deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah
penerapan informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan
tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan ternak, rimbawan
atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungannya, Sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada
pada habitatnya.
Peletak
dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt
(1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan
term assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan
faktor-¬faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt
juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun
(1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul
Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian
dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas
dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term
fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan
faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam
perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903),
George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan
bukunya Origin of Species.
Ekologi
tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik
meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi
2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi (1982), dimana
di dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan
komunitas, dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh
api terhadap komposisi komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan
taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia
menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis (1898
dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941)
dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan
fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari
Universitas Columbia, juga telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam
melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona elepasi. Ahli
ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar
sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia
telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia
juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan
suksesi, varian lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini
ter-jadi karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan
Amerika. Di antara ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926
dengan panjang lebar menulis tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan.
Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940 dan 1950 an. Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula
mengembangkan sinekologi. Di Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan
klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar
andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet
(1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data, dan
nomenklatur asosiasi.
2.3 Pendekatan dalam Ekologi tumbuhan
2.3.1 Sinekologi (Ekologi komunitas)
Sinekologi
berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas.
Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani,
Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan
dalam hal:
1.
Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan
tipe vegetasi dan komunitas.
2.
Komposisi dan struktur komunitas
3.
Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup
proses seperti transfer nutrien dan energi antar anggota, hubungan antagonistis
dan simbiotis antara anggota, dan proses, dan suksesi (perubahan komunitas
menurut waktu).
4.
Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner
yang menentukan bentuk komunitas secara evolusioner.
Contoh kajian sinekologi :
Mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam
satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya
mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan
gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan
alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain
sebagainya.
2.3.2 Autekologi (Ekologi Spesies)
Bagian
dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies
atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi
meliputi demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan
ukuran populasi), ekologi fisiologi atau ekofisiologi, dan genekologi
(genetika).Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat
terdistribusi. Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku
atau genetik dari suatu spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka
mencoba menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi,
organismik dan sub organismik. Autekologi dapat bergerak ke dalam spesialisasi
lain di luar ekologi, seperti fisiologi, genetika, evolusi dan biosistematik.
Contoh kajian autekologi :
- Mempelajari pertumbuhan
jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.
- Mempelajari pengaruh
mikoriza terhadap pertumbuhan jenis Pinus merkusi
- Selain itu mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya
terhadap lingkungan. Misalnya mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii
dengan lingkungannya.
- mempelajari kemampuan
adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain
sebagainya
Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia
menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implisit bahwa
sudah sejak lama telah dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang
sesuai dengan kehidupan manusia. Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai
alam. Dengan
pandangan antroposentrik yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang makin
tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang amat pesat, eksploitasi
lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh
anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh dikatakan
tidak ada yang memiliki. Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup agar dapat
menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita
jaga.
2.4 Manfaat dan aspek terapan ekologi tumbuhan
2.4.1 Manfaat dan aspek terapan di bidang pertanian
Pemanfaatan
Pertanian Organik
Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1980
mengeluarkan definisi tentang pertanian organik adalah suatu sistem produksi
yang menghindarkan atau sebagian besar tidak menggunakan pupuk sintetis,
pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zat additive. Tujuan yang utama
dari pertanian organik adalah untuk mendapatkan hasil yang setingi-tingginya.
Jika kita kilas balik, Indonesia pernah mengalami revolusi hijau dimana
Indonesia berswasembada beras. Salah satu input dari revolusi hijau adalah
dikembangkannya varietas-varietas yang berdaya hasil tinggi, tetapi memerlukan
pupuk dalam jumlah yang besar.
Definisi pertanian organik yang dikenal pada saat
ini dikeluarkan oleh IFOAM dan Departemen Pertanian Amerika Serikat. Menurut
IFOAM (FAO,1998) tujuan, prinsip dari pertanian organik dan prosesnya
berdasarkan sejumlah prinsip penting dan ide-ide, yaitu :
·
Memproduksi makanan
dengan gizi berkualitas tinggi
·
Mengedepankan siklus
biologis di dalam sistem pertanian, meliputi mikroorganisme, flora dan fauna
tanah, ternak dan tanaman
·
Menginteraksikan suatu
kehidupan yang konstruktif dengan sistem dan siklus yang alami
·
Memelihara dan
meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
·
Memproduksi dan
menggunkan air yang sehat dan menjaga air, sumber air dan kehidupannya
·
Membantu konservasi
tanah dan air
·
Menggunakan sejauh
mungkin, sumber daya lokal yang dapat diperbaharui yang dikelola dalam sistem
pertanian
·
Bekerja sejauh yang
bisa dilakukan, dalam sistem tertutup yang menyediakan bahan organik dan unsur
hara bagi tanaman
·
Bekerja sejauh yang
mungkin menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang berasal dari dalam
maupun luar sisitem pertanian
·
Meminimalkan semua
bentuk polutan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang dilakukan
·
Mempertahankan
keragaman genetik di dalam sistem pertanian dan disekitarnya, termasuk
melindungi tanaman dan habitat liarnya
·
Memberikan kondisi
lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja
·
Memperhatikan pengaruh
sosial dan ekologis dari sistem yang diterapka
·
Menghasilkan produk
non-pangan dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang sepenuhnya dapat
dihancurkan secara alami
·
Memperkuat fungsi
asosiasi pertanian organik
·
Memajukan keseluruhan
rantai pertanian yang bertanggung jawab secara sosial maupun ekologis
Keuntungan
yang diperoleh dari diterapkannya diversifikasi tanaman pada pertanian organik
adalah :
·
Meningkatkan jumlah dan
komposisi tanaman yang dipanen
·
Meningkatkan stabilitas
panen
·
Mengurangi serangan
penyakit
·
Mengurangi pemakaian
pestisida
·
Mengontrol gulma
·
Mengurangi erosi tanah
Dengan
sistem pertanian organik contohnya biofertilizer untuk membantu penyediaan
unsur hara bagi tanaman yakni dengan bantuan mikroba yang membantu dalam
ketersediaan hara dan mempercepat dekomposisi bahan organik
(Rahmawati,2005).
2.4.2 Penerapan ekologi dalam bidang
kehutanan
Ovington
(1974) melaporkan bahwa lebih kurang setengah dari seluruh luas hutan didunia
(1.800 juta hektar) terletak dikawasan tropika. Dari seluruh kawasan hutan di
daerah tropika kira-kira seperempatnya (400 juta hektar) terletak diwilayah
Asia-Pasifik. Hampir seluruh hutan yang terdapat di kawasan Asia-Pasifik adalah
hutan alam, artinya, hutan yang tidak ditanam. Oleh karena itu, eksploitasi
hutan untuk keperluan perdagangan mula-mula terhalang oleh kesukaran menempuh
hutan tropika dan pengetahuan yang masih terbatas mengenai kekayaan hutan
tropika. Tetapi setelah pengetahuan serta kebutuhan kayu meningkat, produksi
kayu per hektar di kawasan Asia-Pasifik meningkat pula dengan sangat pesatnya.
Volume kayu yang ditebang dari kawasan ini semakin hari semakin besar, bahkan
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan masa depan wilayah bekas hutannya.
Belum lagi ditambah oleh suatu kenyataan umum, bahwa kalau kita memerlukan
wilayah baru untuk pemukiman atau pertanian, wilayah hutan pulalah yang harus
menjadi korban. Terlebih-lebih dinegara yang padat penduduknya seperti di
negara kita ini, masa depan wilayah hutan itu memang jelas dapat diramalkan.
Hutan akan semakin habis, kecuali kalau ada usaha untuk melakukannya. Maka dari itu, pelestarian atau pengawetan
hutan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Memperbaiki
klasifikasi lahan hutan melalui klasifikasi ulang beberapa daerah seperti hutan
lindung, dengan tujuan untuk menetapkan kawasan lindung yang mewakili semua
jenis habitat di Indonesia dan melindungi daerah unik yang kerusakannya relatif
rendah, sedemikian rupa sehingga regenerasi alami dapat berlangsung.
2. Melakukan
pengelolaan hutan secara berkelanjutan merupakan proses mengelola lahan hutan
permanen untuk mencapai satu atau beberapa tujuan, yang dikaitkan dengan
produksi hasil dan jasa hutan secara terus menerus dengan mengurangi dampak
lingkungan fisik dan sosial yang tidak diinginkan.Pengelolaan hutan
berkelanjutan sebagai bentuk pengelolaan hutan yang memiliki sifat 'hasil yang
lestari', ditunjukkan oleh terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi hutan,
fungsi ekologis hutan dan fungsi sosial-ekonomi-budaya hutan bagi masyarakat
lokal.
Keuntungan dari pengelolaan hutan berkelanjutan adalah :
a) Hasil
yang terus mengalir dan berkelanjutan dalam bentuk kayu dan hasil serta hasil
hutan lainnya
b) Mempertahankan
keanekaragaman hayati yang tinggi dalam konteks perencanaan tata guna lahan
terpadu yan meliputi jaringan kawasan lindung dan kawasan konservasi
c) Mempertahankan
ekosistem hutan yang stabil
3. Mengadakan
reboisasi
Reboisasi bertujuan untuk menghutankan kembali
kawasan hutan kritis di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang dilaksanakan
bersama masyarakat secara partisipatif.Kegiatan utamanya adalah penanaman
kawasan hutan dengan tanaman hutan dan tanaman kehidupan yang bermanfaat yang
dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat setempat. Penanaman ini
bertujuan untuk meningkatkan tingkat penutupan lahan yang optimal sekaligus
memberi manfaat bagi masyarakat setempat sehingga tercipta keharmonisan antara
hutan dan masyarakat. Dengan reboisasi
dan penghijauan lahan, laju evapotranspirasi dan air simpanan meningkat.
Reboisasi dan penghijuan yang berhasil akan menurunkan aliran air permukaan
tetapi sekaligus meningkatkan air simpanan dalam tanah. Namun kenyataan yang
ada rebosisasi dan penghijauan seringkali tidak hanya menurunkan aliran air
tetapi juga mengurangi air simpanan, karena adanya evapotranspirasi dan
intersepsi oleh tajuk hutan. Apabila reboisasi dan penghijauan yang hanya
menanam pohon yang tinggi tanpa memperhatikan adanya tumbuhan bawah dan serasah
justru akan menaikkan erosi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penghijauan
dan reboisasi sebaiknya memperhatikan sebagai berikut:
a) pohon
yang dipilih mempunyai ujung penetes yang sempit
b)
ada tumbuhan bawah dan
serasah, tumbuhan bawah dapat berupa rumput
4. Rehabilitasi
lahan kritis
Penetapan lahan kritis ini mengacu pada
definisi lahan kritis yang ditetapkan sebagai lahan yang telah mengalami
kerusakan sehingga kehilangan atua berkurang fungsinya sampai pada batas
toleransi. Sasaran rehabilitasi adalah lahan-lahan kritis di kawasan
hutan. Rehabilitasi lahan adalah usaha
memperbaiki ,memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar
dapat berfungsi secara optimal. Baik sebagai unsur produksi, media pengatur
tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Konservasi
lahan adalah pengelolaan lahan yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara serta
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
5. Pengelolaan
hutan berdasarkan penerapan system agroforestry
Pengelolaan kehutanan terdapat berbagai
struktur sistem agroforestri sehingga terdapat bermacam bentuk antara lain :
a. agrisilvikultur
b. silvopastur
c. silvofisheri
d. hutan
serbaguna
e. (Farm
forestry) kebun campuran atau multipurpose forest tree production system.
a. Agrisilvikultur
adalah suatu bentuk agroforestri yang merupakan campuran kegiatan kehutanan
dengan pertanian lainnya. Tumpangsari merupakan istilah yang banyak digunakan
di Perhutani yaitu cara pengelolaan hutan yang memperbolehkan petani
membudidayakan tanaman pangan seperti padi, jagung, kacangtanah, kedelai,
kentang, kol di lahan kawasan hutan disamping tanaman pokok kehutanan (Jati,
Pinus, Damar, Sonokeling dan Mahoni).
b. Silvopastur
merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan dengan
peternakan yaitu lahan diantara tegakan pohon hutan ditanami rerumputan atau
hijauan pakan ternak dalam waktu bersamaan. Silvofisheri adalah bentuk
agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan didaerah pantai (hutan payau)
dengan perikanan. Di sini petani tambak membudidayakan ikan (udang atau
bandeng) sekaligus menghutankan kembali dan merehabilitasi hutan payau.
c. Hutan
serbaguna merupakan bentuk agroforestri dengan campuran kegiatan kehutanan dengan
tanaman pangan, peternakan, tanaman obat, pemeliharan lebah madu, pemeliharaan
ulat sutera, wisata, pendidikan (perkemahan) dan latihan militer.
d. Kebun
campuran (Farm Forestry atau multipurpose forest tree production system) yang
merupakan campuran kegiatan pertanian (berbagai jenis tanaman) dengan penanaman
pohon di luar kehutanan (pohon bukan merupakan tanaman utama) antara lain
seperti pekarangan atau talun. (Yani,2010)
Pengaruh negatif
pohon yang merupakan kendala sistem agroforestri antara lain:
I.
Terjadi kompetisi akan
cahaya antara pohon dan tanaman sela
II.
Kompetisi akan air dan
unsur hara antara pohon dan tanaman sela
III.
Pepohonan dapat menjadi
inang hama atau penyakit bagitanaman semusim.
pengaruh negatif pohon terhadap tanaman semusim
dapat dikurangi antara lain : dengan pemangkasan pohon secara teratur, memilih
pohon bertajuk tidak melebar, mengatur jarak pohon, menanam tanaman tahan
naungan atau memilih pohon yang berakar dalam. Sistem agroforestri dapat
berjalan seperti yang diharapkan (produksi atau pendapatan) apabila cahaya
cukup tersedia. Namun demikian, tajuk pohon seringkali menghalangi cahaya yang
seharusnya diterima oleh tanaman budidaya. Di sisi lain, naungan menguntungkan
bagi faktor tanah, karena peneduhan oleh tajuk pohon mencegah terpaan hujan dan
cahaya langsung pada permukaan tanah sehingga degradasi sifat fisik tanah dan
laju oksidasi bahan organik di lapisan atas terhambat.
2.4.3
Penerapan ekologi dalam bidang perkembangan wilayah perkotaan
Kota
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan fisik. Duckworth dan
sandberg (1954) mencatat adanya penelitian yang sudah lama mengenai kesan suhu
udara kota yang lebih panas dari lingkungan disekelilingnya, seolah-olah sebuah
“pulau panas” yang terapung diatas media yang lebih dingin. Penelitian
selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu udara maksimum di sebuah kota biasanya
dicapai didaerah padat penduduk yang merupakan pusat kota yang terpanas. Yang
terendah suhunya dicapai di tepi kota yaitu di pinggir “pulau panas” tadi.
Kesan “pulau panas” terhadap wilayah di tepi kota bergantung pada berapa besar
dan luasnya kota itu. Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu
ditata pola penyebaran tamanya. Penataan taman diperkotaan tidak asal jadi,
tetapi tujuan penyebaran tamannya harus jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa
penempatan lokasi luas taman, keelengkapan sarana dan prasarana taman sesuai
dengan kebutuhan standart kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman
seimbang maka tercipta kota yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota
dapat dipandang dari paham biologisme atau suatu jaringan utuh yang terdiri
atas dua subsistem yaitu city’s hardware atau jasmani kota dan city’s soft ware
atau rohani kota.
Untuk membentuk kota yang asri dan mengurangi suhu panas dalam kota maka diperlukan
peranan sebagai berikut :
a.
Ruang
Terbuka Hijau
Ruang terbuka
hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan
olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi
berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan
ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang
terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
b.
Hutan
Kota
Hutan kota adalah
ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota
memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam
kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya.
Hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan
iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Hutan di perkotaan ini
tidak memungkinkan berada dalam areal yang luas. Bentuknya juga tidak harus
dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota dapat dibangun pada berbagai
penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan kriteria untuk menetapkan bentuk
dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang dapat dipergunakan adalah kriteria
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat penting hutan kota berupa manfaat
lingkungan yang terdiri atas konservasi mikroklimat, keindahan, serta
konservasi flora dan kehidupan liar. Kehadiran pohon dalam lingkungan kehidupan
manusia, khususnya diperkotaan, memberikan nuansa kelembutan tersendiri.
Perkembangan kota yang lazimnya diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam
arti harfiah ataupun kiasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan elemen
alamiah seperti air (baik yang diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan
aneka tanaman (mulai dari rumput, semak sampai pohon) (Budihardjo, 1993). Dalam
pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya, ditentukan berdasarkan
pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota
tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima kelas
yaitu :
1) Hutan
Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk membantu
menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat menangkal
pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya
kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain sebagainya di wilayah
pemukiman.
2) Hutan
Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal darilimbah yang
dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat,
cair, maupun gas.
3) Hutan
Kota Wisata/Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi
bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak atau
remaja, tempat peristirahatan, perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan
udara, serta merupakan tempat produksi oksigen.
4) Hutan
Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk mencegah
kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik
flora maupun faunanya di alam.
5) Hutan
Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan kenyamanan,
keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti pasar,
terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu hutan kota
juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalulintas padat.
Mengenai luasan dan persentase adalah bahwa luas
hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 (dua puluh lima
per seratus) hektar (pasal 8 ayat 2), sedangkan mengenai persentase luas hutan
kota paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau
disesuaikan dengan kondisi setempat (pasal 8 ayat 3) (PP No. 63 tahun 2002).
Bentuk hutan
kota
a) Jalur
Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas
hambatan.
b) Taman
Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian
rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia,untuk mendapatkan
komposisi tertentu yang indah.
c) Kebun
dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari
jenis yang dapat menghasilkan buah.
d) Kebun
Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang
dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal
dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik dalam negeri maupun luar
negeri.
e) Hutan
Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena
rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air
laut.
Fungsi Hutan
Kota
·
Nilai Estetika
Komposisi
vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai
keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan
(pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri.
Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di
perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas
keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia
untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan
kenyamanan.
·
Penyerap Karbondioksida
(CO2)
Hutan
merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari
fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya
kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan
akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota
untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan
dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman
pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah
gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2).
Proses kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 +
6 H2O + Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat
bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila
konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan
efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen
yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang baik sebagai
penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar (Agathis
alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena
leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina).
Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur
16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun.
·
Pelestarian Air Tanah
Sistem
perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi
tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah
di lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat
dikendalikan oleh penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau
potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di
lingkungan perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan
aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219
m3 setiap tahun.
·
Penahan Angin
Hutan
kota berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 -
80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain hutan kota untuk
menahan angin adalah sebagai berikut :
·
Jenis tanaman yang
ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat.
a) Daunnya
tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang
b) Memiliki
jenis perakaran dalam.
c) Memiliki
kerapatan yang cukup (50 - 60 %).
d) Tinggi
dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang
diinginkan.
·
Penanaman pohon yang
selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin pada musim dingin,
sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50 persen energi
yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim
panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam
ruangan.
2.4.4 Penerapan
ekologi dalam bidang perairan
Taman
pengelolaan limbah
Budidaya air untuk keperluan
makanan, melibatkan ekosistem yang sangat berbeda dengan budidaya untuk
keperluan pemancingan. Yang pertama didasarkan atas rantai makanan yang pendek,
ditopang oleh banyak masukan pupuk, pakan, benih dari tempat pembenihan dan
energy kerja. Salah satu penerapan yang efisien adalah menampung buangan dari
jenis-jenis tertentu dari limbah organik rumah tangga dan industri yang
mengalir melalui serangkaian kolam, dapat menyediakan subsidi energi untuk jenis-jenis
ikan, molusca, crustacea, dan organisme lain yang telah beradaptasi dan dapat
menghasilkan makanan untuk manusia atau binatang, atau produk berguna lainnya.
Budi daya air yang diatur secara demikian dapat membantu mengubah polusi
menjadi sebuah sumber daya.
KESIMPULAN
·
Ekologi berasal
dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu). Secara harfiah
ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
·
Ekologi merupakan disiplin
ilmu baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi
serta bentuk-bentuk yang menjembatani antarailmu alam dan ilmu sosial (Odum, 1983)
·
Tujuan mempelajari ekologi tanaman adalah agar
kita mengetahui teknik dan cara yang tepat untuk memanfaatkan apa yang ada di
dunia ini dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya Allah telah memberi
peluang kepada kita melalui hasil ciptaannya. Namun, tentunya kita juga perlu menjaga lingkungan (hasil ciptaannya)
sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya
·
Menurut Ernest
Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu
kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C.
Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan
alam (natural history) secara ilmiah,
·
Sinekologi mengkaji
hubungan antara 2 spesies atau lebih terhadap lingkungannya contohnya mengkaji
populasi kijang dilingkungannya
·
Autekologi mengkaji
hubungan antara 1 spesies terhadap lingkungannya contohnya mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh
intensitas cahaya.
·
Terapan yang dapat
dilakukan sebagi implementasi ilmu ekologi tumbuhan diantaranya melalui : Pemanfaatan Pertanian
Organik ,Penerapan system agroforestry, Ruang
Terbuka Hijau, Hutan
Kota, Taman
pengelolaan limbah
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Terjemahan paralel.2010.Qomari.
Solo
Budihardjo, eko. 1993. Kota dan Lingkungan. Penerbit LP3ES : Jakarta
Odum,
EP. 1983. Basic Ecology.
Saunders, Philadelphia
Rahmawati,Nini.2005.
Pemanfaatan Biofertilizer Pada Pertanian
Organik. Usu Repository
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta ; Universitas Terbuka
Resosoedarmo, Soedjiran. 1989. Pengantar Ekologi.Jakarta : Remadja Karya
Tambunan, Mangapul P.Ekologi Tanaman.
Departemen Geografi.FMIPA-UI. Jakarta